MIMPI
Sedari kecil selalu diberi
pengertian bahwa mimpi adalah bunga tidur. Cukup! Hanya sebuah bunga tidur.
Semakin besar semakin ingin tahu apa itu mimpi? Tentunya bukan hanya sekedar
jawaban “bunga tidur” yang aku inginkan.
Sempat mempertanyakan tentang
mimpi ke sebuah ustadz guru mengajiku, pencerahan! Katanya terdapat dua
kategori mimpi. Mimpi yang datangnya dari setan, dan mimpi pertanda. Mimpi yang
datangnya dari setan adalah mimpi yang kita alami hanya satu kali alur cerita,
datangnya setelah waktu subuh dan waktu sore hari saat kita tidur siang, dan
mimpi pertanda adalah mimpi yang berkali-kali dengan alur yang nyaris sama atau
objek yang selalu sama, misalnya si X yang selama beberapa hari selalu hadir
dalam mimpi kita meski cerita dalam mimpinya selalu berbeda. Itu yang sering
aku alami dalam kurun waktu satu minggu ini.
Seorang pria yang sering ku lihat
selama kurang lebih empat tahun di kampus tidak pernah absen sekalipun dalam
mimpi setiap tidurku dalam seminggu ini. Namanya Arca, terakhir bertemu saat
wisuda satu bulan lalu. Selama empat tahun berteman, tak sedikitpun berteman
rapat. Intensitas kami berteman hanya sebatas kawan senat saja, setelah itu
tidak pernah ada komunikasi berlebih selama bersama dalam satu payung organisasi
universitas. Sempat bertukar pin blackberry saat wisuda bulan lalu, itupun tak
pernah sedikitpun komunikasi yang menyengaja, kecuali memang ada perlu yang
mendesak.
Malam satu, hari Minggu Arca
tiba-tiba hadir dalam mimpi tanpa disengaja. Dalam mimpinya kami berdua sedang
makan siang bersama di kantin fakultas, saling berhadapan dan sedikit sanda
gurau ringan. Adzan subuh menyelesaikan mimpi malam itu. Terasa pelik saat
bangun tidur lepas subuh.
“ Kenapa tiba-tiba aku mimpi Arca
yah? ”
Berfikir masa bodoh tentang mimpi
semalam, karena aku yakin itu hanya bunga mimpi tanpa isyarat. Masuk malam dua,
senin malam. Sama sekali tidak memikirkan Arca sesaat sebelum tidur, bahkan
otak rasa sudah cukup penat dengan sisa lembur yang masih menyisa hingga malam
hari detik-detik mata terpejam. Mimpi dimulai, Arca datang kembali..kali ini
alurnya berbeda. Aku melihat Arca disebuah restoran Jepang, dia bekerja sebagai
waiter disana merangkap greeter (seorang yang menyambut tamu)
“ Irasaimaseeee!! ”
Arca menyambutku masuk seorang
diri di daun pintu masuk restoran, lantas mengantarku ke meja kosong. Arca
nampak masih mengenaliku baik, menanyakan kabar untuk basa basi sampai akhirnya
makanan tiba, percakapan terhenti sementara. Dalam mimpi, ketika aku akan
membayar makanan yang aku pesan, nampak Arca dibalik counter sedang memegang ponsel siaga kamera.
“ Ngapain, Ca? “
“ Aku mau foto kamu “
Dalam alur ceritanya, aku menutup
muka tanda kurang setuju untuk difoto, namun ada yang janggal disini..aku malah
mengajak Arca untuk foto bersama ditangga penghubung ke lantai dua.
“ Kalo mau, foto bareng aja..gak
usah motoin aku gitu..ditangga yuk? “
Kamipun berfoto berdua, nampak
rapat seperti sepasang dengan hubungan istimewa. Mimpi kedua selesai, adzan
subuh memutuskan alur cerita malam itu. Semakin merasa aneh, namun berusaha
untuk tidak memikirkan mimpi yang lebih dari dua kali hadir berurutan.
Malam tiga, Selasa. Sebelum
tidur, aku menonton FTV remaja yang disiarkan di salah satu stasiun televisi
swasta karena santainya waktu tanpa harus melembur pekerjaan sebelum tidur. Ya!
FTV tersebut mengantarkan aku terlelap membuka mimpi baru. Alur baru, dengan
orang yang sama..Arca kembali mengisi mimpi malam ketiga. Malam itu ceritanya
kami ada dalam rumah yang sama, memasak mie instant bersama untuk kami berdua,
menikmati makanan instant tersebut sembari menonton acara komedi di televisi.
Entah apa maksudnya, dalam mimpi tersebut kami nampak sangat akrab, seperti
pasangan muda baru yang masih menikmati waktu lajang tanpa ramainya anak-anak.
Mimpi itu usai dengan sendirinya, bukan dengan adzan subuh, tapi menyengaja
membuka mata untuk menyempatkan tahajud.
Ya Allah..kalau memang apa yang aku dengar dari ustadz ku dulu itu mengenai
mimpi yang berulang itu benar..tunjukkan pertanda apa yang ingin Kau berikan
untuk hamba secepatnya, amien
Seselasainya tahajud, aku sempat
tertidur sampai waktu subuh membangunkan. Ajaibnya, dalam waktu singkat
tersebutpun aku masih menyempatkan diri untuk bermimpi, Arca kembali. Kali ini
mimpinya sangat singkat, mungkin kalau film hanya ada satu sceen saja, kami
duduk di taman bersebelahan, lantas saling menatap lalu tersenyum, mimpi
selesai. Subuh aku jalani dengan raut bingung.
Malam empat, Rabu. Kegiatan
serupa dengan malam satu, sebelum memutuskan untuk tidur, aku menyempatkan diri
untuk menyelesaikan pekerjaanku untuk esok pagi, sama sekali tidak terfikir
Arca saat menjelang tidur, dan mimpipun dimulai. Dalam mimpi malam itu, Arca
berada bersama atasanku di kantor, memakai seragam kantorku seolah dia memang
karyawan yang sama denganku. Dalam mimpinya, aku habis masa kerja dan akan
pamit pulang pada atasan yang saat itu berada bersama Arca diruangannya.
“ Gak cipika cipiki dulu sama
aku? “
Wajahku mendadak pucat pasi
ketika Arca berkata seperti itu, ditambah reaksi atasanku yang tertawa ringan
nada meledek. Anehnya, aku hampiri Arca lantas mencium kedua pipinya. Cerita
tak habis sampai disitu, ketika aku beranjak pamit, Arca menaham tanganku,
menarikku untuk mendekat lalu mengecup kening dan bibirku.
“ Hati-hati ya “
Aku terbangun, dan bukan oleh
adzan subuh lagi. Keringat dingin mengantarkan waktu pada pukul empat dini
hari, aku putuskan untuk mengambil wudhu, menyempatkan tahajud sambil menunggu
waktu subuh tiba.
Hari kelima, Kamis. Sebelum malam
tiba dan mengantarkanku untuk istirahat, aku menyengaja untuk cek bbm milik
Arca yang nampak kurang menunjukkan aktivitasnya di bbm, sesekali aku dapati ia
mengganti fotonya tanpa menulis personal
message, hanya status Sibuk yang setiap saat aku lihat, yah..sesekali personal message nya terisi oleh
beberapa kata entah itu “mengantuk”, hanya emotic senyum atau bahkan kata yang
mendeskripsikan bahwa ia sedang bekerja. Tidak ada yang aneh, tidak ada
basa-basi, dan tidak ada komunikasi. Malam lima pun tiba, luangnya waktu
sebelum istirahat membuat aku ingin menulis beberapa kalimat berhastag #mimpi dalam twitterku.
Twit 1 : Kata ustadzku, mimpi
terbagi 2, ada yang datangnya dari setan (hanya sekali mimpi) dan ada yang
merupakan pertanda (mimpinya berkali-kali)
Twit 2 : Dalam #mimpi, aku
mencium pipi kanan kirimu, tapi kamu membalas mencium keningku dan mengecup
bibirku saat aku pamit pulang, maksudnya?
Twit 3 : Apa maksud #mimpi hampir
seminggu ini?kamu selalu hadir buat alur cerita, tanpa aku perintah. Padahal
aku gak mernah mikirin kamu loh!
Twit 4 : Malam ini aku mencoba memikirkan kamu, biar
kamu gak hadir jadi pertanda yang masih tanda tanya sampai malam ini. Selamat
malam.
Yah..seperti apa yang aku tulis
dalam twitter terakhir, malam kelima ini aku mencoba menyengaja memikirkan
Arca. Mencoba membuat perbandingan dengan malam-malam sebelumnya yang tidak
tersirat sedikitpun untuk memikirkan Arca sebelum tidur, yang kenyataannya
malah selalu hadir setiap malam dalam mimpiku. Apa yang terjadi kalau aku
memikirkan Arca malam ini? Aku akan tarik kesimpulan, kalau memang Arca masih
ada dalam mimpi malam kelima ini, berarti itu sebuah pertanda, kalau tidak
hadir aku simpulkan itu hanya sekedar mimpi kiriman setan saja.
Pagi datang, namun mimpi tak
kunjung datang. Maksudnya apa? Malam kelima, disaat aku menyengaja memikirkan
Arca sebelum tidur, ia malah tidak hadir dalam mimpi. Jangankan hadir dalam
mimpi, bahkan bermimpipun aku rasa tidak.
Malam enam, Jumat. Aku cek
kembali bbm Arca sengaja, aku simpulkan bahwa ia sedang sakit, nampak dari display picture dan personal message yang ia pasang hari itu.
“ Arca..lagi sakit yah? “
“ Ia.. L “
“ Get well soon J “
“ Thank you yah J “
Selesai. Mati gaya dan habis akal
untuk basa basi. Baiklah, bergegas tidur dan menyulam mimpi (kalau bermimpi).
Malam enam, entah mungkin karena sebelumnya sempat komunikasi dengan Arca atau
apalah..seingatku mimpi malam keenam yang aku ingat Arca memanggilku untuk
datang kerumahnya. Arca mengirim chat
lewat bbm, dia menyuruhku datang ke rumahnya untuk membantunya yang sedang
sakit. Dalam mimpinya, ia tinggal seorang diri, tanpa orangtua atau bahkan adik
kakak yang aku tidak pernah mengetahuinya. Mimpi selesai dipagi ketujuh, aku
memutuskan untuk berkomunikasi kembali dengan Arca, membahas mimpi terakhir di
malam enam. Mimpi yang menurutku sebuah kode kalau Arca yang entah dimana
tempat tinggalnya sedang membutuhkan bantuan.
Benar ternyata, Arca sedang
tergolek lemah di rumahnya seorang diri. Aku menyambangi rumah Arca yang
ternyata hanya berbeda beberapa blok dari kosanku, baru tahu. Arca terjangkit
demam berdarah, dia bilang sudah dua hari masuk tiga ia lemah tak bergerak
namun kurasa sudah lebih dari itu, tak ada sedikitpun niatan ke rumah sakit meski sempat aku tawari,
padahal untuk makanpun merangkak mencari seadanya, ingin meminta bantuanpun tak
tahu pada siapa. Ayah ibu tak kunjung bangkit untuk bernafas, kakak adik tak
punya, sebatang kara gelarnya.
“ Thanks ya..udah mau bantu
urusin aku “
“ It’s ok, Arca. Aku pulang dulu..kalo
ada apa-apa, bbm aku aja yah J
“
Arca menggenggam tanganku, sama
percis seperti adegan dalam salah satu mimpiku kemarin, yang beda aku tidak
mencium pipi Arca begitupun adegan Arca terhadapku, tidak sama sekali terjadi.
Arca hanya menatapku dalam bisu, sampai perkataan pamitku membangunkan
tatapannya.
Ini malam ke tujuh, malam dimana
siangnya aku benar-benar bertemu Arca dan berkomunikasi seadanya. Aku bukan
seorang yang mahir menafsir mimpi, dari semua mimpiku selama enam hari hingga
aku bertemu Arca, belum sepenuhnya tertafsir apa sebetulnya arti dari
mimpi-mimpiku seminggu ini. Esok libur kerja, akankah mimpiku ikut mengambil
cuti malam hari ini?
Sebelum tidur, aku sempatkan
memeriksa recent update bbmku. Pukul
23:23 kurang lebih, Arca mengganti fotonya dengan foto ia sendiri yang belum
pernah aku lihat sebelumnya, jauh lebih tampan dari Arca yang pernah aku lihat,
dengan status bertulisan “ thanks J
“.
Rasa heran berkecamuk dalam dada
sesak ini, Arca datang mengetuk pintu kamar kosanku. Dia nampak sudah kuat
berjalan, namun sedikit muka pucat. Ini pertama kalinya Arca menyambangi
kosanku setelah empat tahun lebih kami saling tahu di kampus.
“ Udah sehat? “
Arca tak menjawab, ia hanya
tersenyum. Aku tawari minum, ia hanya menggeleng sembari tak lepas tersenyum
melihatku sedari tadi. Aku mencoba mengalihkan tatapanku terhadap Arca pada
televisi yang sedari tadi ikut meramaikan sunyinya Arca. Arca yang sedari
datang duduk disampingku, mencium pipiku lembut dan dingin, lalu melepasnya
dalam hitungan beberapa detik.
“ Aku sayang kamu “
Arca mengatakan hal tersebut
lantas pamit pulang, sedang aku masih tertagun heran tak berkata apa-apa. Allahuakbar Allaaaahuakbar!! Ah! Suara adzan
membangunkanku. Ternyata adegan barusan hanya mimpi, yang ini paling nampak
nyata dari mimpi-mimpi sebelumnya. Selepas subuh, aku mengirim bbm pada Arca,
Arca tak menjawab, mungkin masih tertidur pulas.
Pagi itu aku berniat untuk
mengontrol bagaimana kondisi Arca hari ini, bubur beserta makanan lainnyapun
sudah aku siapkan untuk Arca. Setibanya aku dirumah Arca, tak sedikitpun nampak
satu kehidupan. Oh mungkin Arca masih tertidur, dan benar saat aku berjalan
menuju kamar tidurnya, Arca masih tertidur pulas sembari memeluk sebuah buku
dan tasbih, hei..itu buku diary.
Aku sentuh tangan Arca, bermaksud
untuk membangunkan ia yang masih terlelap tidur. Janggal, Arca terasa dingin,
ya..sekujur tubuhnya dingin pasi. Aku goyangkan badan Arca, Arca tak kunjung
bangun sedang aku panik sendiri dan tak sedikitpun mencoba mencari bantuan
orang lain. Aku coba untuk dekatkan telunjukku pada hidung Arca, memastikan
bahwa ia masih bernafas atau tidak, memegang nadi pergelangannya dan semua
nihil. Arca sudah tak bernafas lagi, ia meninggal tanpa memakan apapun yang
sempat aku simpan di meja samping tempat tidurnya.
Semua nampak hambar, ingin
menangispun tak tahu. Entah angin apa yang membuatku tergerak untuk membaca isi
diary Arca, toh meskipun sifatnya sangat privasi yang punyanya tidak akan marah
karna sudah tak bernafas lagi. Mulutku menganga, butir sajak berbentuk cairan
jatuh perlahan dari ujung pelupuk mataku. Diary itu..semua menceritakanku. Aku
baca perlahan kata demi kata, kalimat hingga halaman, bahkan terdapat beberapa
fotoku disitu sedari jaman kuliah hingga aku sekarang. Aku tak tahu menau
mengenai diary dan semua isi-isinya, termasuk seluruh skenario yang Arca tulis
setiap lembarnya tentangku, yang pasti dan tanpa aku sadar..apa yang aku
mimpikan selama seminggu ini merupakan skenario yang Arca rancang salam
diarynya.
“ Aku selalu membayangkan kita menikmati makan siang dikantin bersama
selagi kita kuliah dulu. Aku selalu membayangkan kamu hadir ke restoran
tempatku bekerja untuk sekedar menyantap snack ringan ala Jepang. Aku selalu
membayangkan dapat mengabadikan gambar denganmu bagaimanapun itu posenya
dimanapun itu tempatnya. Aku selalu membayangkan kita dapat tinggal satu rumah,
bersanda gurai sambil menikmati acara televisi bersama di sofa ruang TV. Aku
selalu membayangkan menghabiskan waktu berdua menikmati hijaunya taman dengan
warna warni bunga. Aku selalu membayangkan dapat mencium keningmu dipagi saat
pertama kamu mulai membuka mata. Aku selalu membayangkan kamu dapat mencium
pipiku disaat aku mulai mengeluh menjalani hidup seorang diri. Aku selalu
membayangkan aku dapat puas melihat wajahmu dengan senyuman paling ikhlas yang
pernah aku kembangkan untuk seorang hawa. Aku selalu berharap kamu selalu
memikirkanku sebagaimana setiap detik aku selalu memikirkanmu. Dan aku selalu
berharap kalaupun aku harus mati, aku ingin mati dalam pelukanmu. 7 Juli 2012,
23:23 wib “
Aku melihat tanggal yang
terpampang gamblang dalam ponselku, hari ini tanggal 8 Juli 2012, itu artinya
tulisan yang aku baca telah Arca tulis semalam. Tepat semalam saat aku bermimpi
Arca tersenyum menghampiriku lantas mencium pipiku tanda pamit.
Sehari itu aku sibuk mengurus
pemakaman Arca bersama tetangga sekitar rumah Arca. Tak satupun dari keluarga
Arca datang, karna memang tak ada satupun yang mengetahui kebedaraan keluarga
Arca yang notabennya bukan orang asli Indonesia, namun Italy.
Seusainya pemakaman Arca, aku
kembali ke kosanku, membawa buku diary Arca yang belum sempat aku baca semua
halaman awalnya.
Ini hari minggu, hari kedelapan
yang tepat bersama hari kesatu dimana aku mulai bermimpi tentang Arca. Melalui
bukunya dihari ke delapan aku menafsir semua mimpi-mimpiku selama seminggu
terakhir, mengaitkan dengan semua cerita yang terpampang jelas dalam diary
Arca, hingga dapat disumpulkan bahwa selama ini Arca diam-diam menyukaiku. Belum
sempat ku tutup diary Arca, aku terkantuk lantas tertidur. Arca menghampiriku
lewat mimpi dihari kedelapan, tersenyum lebar seperti mimpi malam sebelumnya.
Arca terlihat jauh lebih tampan dari foto yang ia pasang terakhir kali di
bbmnya. Di daun pintu kamarku Arca berdiri tegak, tersenyum dan memberikan
diarynya padaku, berterima kasih lantas pergi menghilang lembut.
Aku terbangun, ku lihat ponselku
sudah pukul tiga dini hari. Akupun bergegas mengambil air wudhu dan bersembah
dua rakaat pada Sang Khalik. Selepas salam, aku memanjat doa setinggi-tingginya
untuk kematian Arca, sedikit seperti berdialog dengan Arca pada akhir doa.
“ Terima kasih Arca untuk cintamu yang tak pernah aku tahu hingga ajal
menjemputmu. Terima kasih atas mimpi-mimpi yang tak sempat aku tafsir lebih
cepat dari apa yang sudah terjadi sekarang. Terima kasih untuk skenario yang
kamu tulis dalam diarymu. Semua nyata dalam mimpiku seminggu terakhir ini.
Ceritamu aku tutup malam ini. Aku yakin tidak akan ada lagi mimpi-mimpi yang
singgah di malam-malamku selanjutnya, karena kamu sudah berhenti menulis apa
yang ingin kamu hadirkan dalam setiap mimpi-mimpiku. Terima kasih Arca, sampai
jumpa. Semoga kita bertemu kembali di dunia yang jauh lebih kekal, agar kamu
dapat terus menulis skenario untuk semua mimpi-mimpiku kelak “
Tepat di hari kesembilan, Senin
hingga kini tepat satu tahun kematian Arca, Arca tidak pernah hadir dalam
mimpi-mimpi yang terangkai tak beraturan dalam tidurku. Selamat jalan Arca,
diarymu aku simpan baik-baik sebagai bukti kalau di dunia ini terdapat orang
yang sudah merangkai mimpiku dalam sebuah tulisan manis dalam buku hariannya.
SELESAI**