( BASED ON TRUE STORY )
Pulang menunaikan kewajiban sebagai mahasiswa, kondisi badan menunjukkan kondisi yang kurang mendukung untuk tetap semangat. Akupun memilih untuk tertidur, karena merasa kurang tidur sejak long weekend kemarin. Setelah sebelumnya aku menulis 20 resolusi untuk usiaku yang masuk kepala 2 esok hari. Titik. Aku simpan balpoint dan kertas di meja belajar, lalu bergegas tidur tanpa melepas seragam bawah saya.
Terlihat Papa menggunakan jubah putih dan kopiahnya membangunkan tidur dengan suara pelan disudut pintu kamarku.
"Sholat!"
Akupun terbangun lantas mengambil air wudhu dan mengenakan mukena. Aku melihat jam dinding kamarku menunjukkan pukul tiga sore.
"Aku harus sholat apa??keduanya empat rakaat. Dzuhur sudah. Asharpun belum masuk."
Kebingungan aku terdiam diatas sajadah merahku, sesekali melihat kembali ke arah jam dinding, dan *beep2x* ponselku berbunyi.
"Anne.. kamu bisa ke kantor? kita lagi casting buat program baru, tapi gak ada yang cocok. Kayaknya kamu cocok bawain acaranya. Besok kita taping. Ditunggu jam 1siang di studio tiga ya. (Idan)"
Aku tersenyum membaca pesan singkat yang datang dari produser tempat kerjaku dulu. Wow! Akhirnya, tawaran presenter itu datang lagi. terima kasih Tuhan. Belum kesenangan itu selesai, datang satu pesan lagi dari Dadan (teman kampusku sekaligus owner travel tempat kerja freelanceku sekarang)
"Neu..bantu saya sekarang di kantor. Saya diserang orang yang butuh jasa travel kita. Bulan sekarang kita kebanjiran order paket tour sampai tiga bulan ke depan. Tolong datang secepatnya. Saya butuh bantuan kamu sekarang. Thx."
Subhanallah..hatiku bertasbih, bibirku kembali tersenyum. Akhirnya travel baru aku dan teman-temanku kebanjiran orderan. Terima kasih ALLAH.
>>>>>
Dalam perjalanan menuju kantor travel, aku hampir tertabrak Camry saat hendak menyebrang untuk menunggu angkot kearah kantor travel.
Aku melihat Camry itu merapat, pintu kemudi terbuka, dan tuannya menghampiriku dengan stelan kemeja salur biru muda dan dasi biru tua, rambut mohawk, dan tinggi sekitar 170cm. Kelihatannya usianya lima tahun lebih tua dariku.
"Maaf, kamu tidak apa-apa?"
Wah! Lelaki tampan itu mengkhawatirkanku. Mungkin dia fikir, aku telah tertabrak olehnya, padahal???
"Gak apa-apa kok, mas."
Aku tersenyum malu, tak berani melihat matanya yang sedari tadi melihat kearahku.
Tetap merasa berdosa, lelaki yang ternyata bernama Osvaldo itu mengantarkan kemana aku akan pergi. Disitulah aku mengenalnya. Ternyata dia anak komisaris kantor papaku yang bekerja sebagai Marketing Manajer di salah satu hotel bintang lima di daerah Bandung.
WAW ! ! ! Camry hitamnya sudah sampai didepan kantor travelku, pembicaraan terhenti, dan tuan tampanpun tersenyum kembali, lalu pergi.
>>>>>>
Di dalam kantor, aku sudah diseret oleh Dadan untuk segera masuk dan membantu menangani klien yang masih menunggu pelayanan travel kami, sementara teman-teman kantor lainnya sibuk dengan layanan by:phone mereka.
Dalam hati, aku berkata "aku akan segera membeli macbook dengan uangku sendiri, kalau begini caranya. Thanks GOD! Kali ini kita untung besar!"
>>>>>>>
Stasiun TV Lokal Bandung dipenuhi banyak orang dengan berbagai macam dandanan dan style mereka masing-masing. Tidak aneh, dari kemarin kata Om Idan kan disini sedang ada casting untuk presenter beberapa program baru mereka. Tanpa fikir panjang, akupun langsung menaiki anak demi anak tangga menuju studio tiga untuk taping program baru. Semua berjalan lancar meski harus mengalami beberapa re-take untuk hasil yang memuaskan dalam tayangan perdananya.
Seusai taping, saya melihat Ki Daus sedang duduk di kursi ruang editing bersama seorang laki-laki seumuran Om Idan. Karena lama tidak bertemu, sayapun menghampiri Ki Daus dan menyapanya. Oh! ternyata laki-laki itu adalah Joko Anwar (seorang sutradara kawakan nasional). Yang membuat aku heran, ternyata Joko Anwar telah mengetahui siapa aku. Hmmmmm.. Ki Daus rupanya banyak cerita tentangku kepada dia.
"Beruntung sekali saya bertemu dengan kamu. Kapan kita bisa bicara??"
Aku heran dengan apa yang sedang Joko Anwar bicarakan.
"Maaf, bicara apa ya??"
Panjang lebar dia menjelaskan sesuatu yang membuat mataku terus melotot menganga tak percaya. Ya Tuhan ! tampar pipiku ! ! ! ! Apa benar apa yang aku dengar?? Dia menarawiku peran dalam proyek film barunya yang melibatkan Dian Sastrowardoyo juga??? Unbelievable !
Saking senangnya, aku sampai jingkrak-jingkrak dan berteriak hingga Papa membuka pintu kamarku dengan panik dan...mataku terbuka...
"Bangun! Beliin Listerin ke mini market ya!"
Dengan malas kerana merasa belum menemukan nyawa, akupun terbangun. Masih berharap yang baru aku alami semua itu BUKAN hanya mimpi. Hingga ku nyalakan matic untuk aku keluarkan dari gerasi dalam rumah.
Subhanallah ! ! ! Tidak menyesal aku tengadah melihat langit. Panggung teaternya sudah ramai oleh bintang sisa hujan besar tadi. Berharap dapat memetiknya untuk mewujudkan satu mimpi utamaku yang belum sempat aku lihat adegannya dalam tidur tadi.
"YA ALLAH.. jika ke lima mimpi itu hanya hidup dalam mimpi siang bolong yang membuatku empat kali lipat lebih "excited" dari teriakanku tadi. Tolong wujudkan satu mimpi utamaku yang belum sempat terrekam dalam mimpiku tadi, esok ketika tepat usiaku berkurang menjadi kepala dua. Amien."
THE END
***
05 April 2010 pukul 20.20.
Fadjar Raya-Cimahi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar