Jumat, 25 Juni 2010

FORBIDDEN VIRUS part akhir ( THE REAL STORY )

FORBIDDEN VIRUS part akhir
( THE REAL STORY )

By : Rianne

Cerita 2 ini saya untuk kembali menegur hati siapa saja yang merasa mempunyai kisah serupa atau hampir serupa dengan ini. Semoga kalian mendapat pesan moral yang saya sampaikan lewat tulisan ini.
Buat yang kurang mengerti dengan tokoh-tokoh yang ada di dalamnya, baca dulu yang part awalnya ya.
Selamat membaca. :)

Kisah ini saya dengar langsung dari "Jemima" saat kita dalam perjalanan pulang dari kampus. Siang itu, saat Jemima selesai menceritakan Putria yang diam-diam menyimpan hati pada Jemima, tak sadar Jemima menyinggung "Bella" teman SMA kami juga yang sudah ditularkan virus "ini" sejak kami kelas satu SMA kemarin.

Bella yang saya kenal sebagai wanita yang mendominasi feminim ini, mulanya baik-baik saja. Kecintaannya pada kaum pria, ia tunjukkan dengan jalinan kasihnya dengan seorang pria sepantar, namun berbeda sekolah dengan kami. Ya! Dia normal (dulu), hingga suatu ketika Jemima merasa tertarik pada Bella, dan mengungkapkan isi hatinya secara frontal dan pribadi. Secara langsung dan tak Bella sadar, Jemima telah menularkan "forbidden virus" pada Bella kala itu. Entah bagaimana percis ceritanya, yang saya tahu sekarang bahwa kala itu mereka membuat status "sepasang kekasih".
Ini kali pertama Bella mempunyai kekasih sesama jenis. Perasaannya terhadap lawan jenispun, kelamaan meluntur seiring dengan perasaannya yang mendominasi pada Jem. Ini terbukti ketika Jem tidak sengaja menitip salam kepada "Dinda" teman sekelas Bella. Bella terbakar api cemburu, namun masih dalam batas yang sangat wajar sebagai kekasih yang tak wajar itu.

Saat itu, Bella mulai merubah penampilannya menjadi wanita yang tomboy..
ya.. perlahan hingga melebihi gaya Jem, saat saya iseng memperhatikan.

Saat kelas tiga SMA dulu, saya sempat mampir ke tempat kost dia yang tak jauh dari tempat tinggal saya. Sekolahnya berantakan, hidupnya semraut, dan teman-temannya?? sudah bisa ditebak seperti apa.
Dia pernah bilang pada saya, kalau dia sekarang bergaul dengan orang-orang baru dalam hidupnya. Tempat nongkrongnya di mini market yang buka 24 jam di daerah kawasan pusat kota Bandung, sesekali nongkrong di salah satu Jang Food di mall setempat. Katanya sih, kalau malam disitulah "mereka" bersarang menebar "virus".

Suat hari, Bella datang ke rumah saya bersama teman "serupa" gaya dengannya untuk menawarkan DVD yang mereka jual. Sempat sayapun keliru, saya kira itu laki-laki, eh..gak tahunya "wanita jadi-jadian". Di rumah "wanita jadi-jadian" itulah saat itu, Bella tinggal.
Tempat tinggalnya dipenuhi banyak kekeliruan. Membuat saya beberapa kali harus tertipu dengan "kelamin mereka" yang tak lain serupa dengan saya.
Beberapa diantaranya memajang foto mesra mereka di dinding kamar 3mx5m itu. Saya hanya bisa geleng-geleng kepala dan beristigfar dalam hati berkali-kali dengan penglihatan saya kala itu.
Sejak saat itu, tidak pernah saya dengar kabar lagi mengenai Bella hingga akhirnya Facebook mempertemukan kami lagi.
Lagi-lagi saya keliru dan semakin keliru. Ya ALLAH ! ! ! itu laki-laki atau perempuan?? Saya perhatikan baik-baik ternyata itu Bella teman SMAku dulu yang pertama kali saya kenal sebagai orang layaknya kodrat yang ALLAH berikan untuk dia, tidak menyerupai "siluman jadi-jadian" seperti ini.

Karena penasaran, sayapun iseng melihat foto yang ada di album Facebook dia, dan WOW ! ! ! ! banyak sekali foto mesra dia bersama seorang wanita yang terpampang lepas dan bebas di jejaring sosial ini.. (unbelievable!), memang setelahnya saya bisa simpulkan bahwa virus yang dulu Jemima tularkan ke dia sudah menyandang predikat "AKUT" atau mungkin "stadium akhir".

Kabar terakhir saya dengar dari Jemima saat kami pulang kuliah beberapa hari yang lalu, ternyata wanita yang berfoto mesra itu adalah kekasih Bey yang sudah dia pacari dari tahun lalu. Sebut saja "Tante Jenifer", yang tak lain adalah atasan Bey di restoran tempat kerjanya di pulau Nyepi tersebut. Bey bercerita pada Jem saat Jem mampir ke kostannya yang di Bandung bersama Putria beberapa pekan yang lalu. Disitu Bey membuka identitas "sang pacar" kepada Jem secara pribadi, berdua saja.

Tante Jenifer yang merupakan owner yang merangkap sebagai manajer Bey itu, ternyata tertarik pada Bey yang saat itu berstatus LAJANG, karena sama-sama butuh (butuh kebutuhan biologis dan butuh kebutuhan material) akhirnya Bey menerima cinta Tante Jenifer yang membantu segala kebutuhan yang Bey butuhkan selama mereka pacaran hingga SEKARANG!

Dengar-dengar sih, Tente Jenifer mempunyai tiga orang anak. Ketiganya masih sangat kecil-kecil dan diurus oleh Ibu Tante Jenifer hingga sekarang. Sedang ibu dari anak-anaknya??hmmmmmm sedang menikmati indahnya duniawi bersama "rekan biologisnya" yang jauh lebih muda dan "sama" bentuknya.
Sejauh ini, menurut Jem mereka sudah hidup layaknya pasangan suami istri pada hakekatnya. Mengatur hidup berdua dalam satu atap, melakukan "hubungan suami istri" sesuai undangan nafsu birahi hingga tak kenal malu berbagi jepretan demi jepretan gambar dalam situs jejaring sosial Facebook. Ya..Namun saya sedikit bingung saja..mana istri??mana suami??mana yang memberi nafkah?? mana yang melayani??Itu urusan mereka.
Dariku, satu saja.. semoga mereka disadarkan Tuhan mereka, betapa dekatnya kiamat akan datang. Semoga yang merasa dapat merubah haluan jalannya kembali lurus sesuai kodrat mereka masing-masing.



*pesan moral yang saya ambil disini adalah*

selama masih ada lawan jenis yang mau dengan kita, kenapa harus dengan yang sesama jenis??,

selama kita sadar "itu" salah, apa salahnya kita mengingatkan pada "mereka'meraka" kalau itu salah dan menyalahi kodrat mereka.

kita doakan saja, semoga "mereka-mereka" siapapun itu yang mempunyai cerita serupa, dapat diluruskan kembali jalannya, disadarkan dan diampuni dosa-dosanya.Amien.


(sebetulnya, setelah saya posting yang part awal..cerita2 serupa datang lagi pada saya, tapi saya tidak akan mempublish lebih banyak lagi untuk menjaga ke-privacy-an orang-orang tersebut).

thx udah baca :)

cerita ini, selesai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar